Keunikan Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo

Advertisement

Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo

Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo - Bromo expedition
Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo. Seperti halnya Hari Raya Yadnya Kasada, umat Hindu di gunung Bromo juga mempunyai hari raya atau perayaan yang tak kalah sakral. Hari raya tersebut dinamakan Karo.

Tidak seperti upacara adat Yadnya Kasada, Karo adalah hari raya keagamaan umat Hindu Tengger. Perayaan ini diselenggarakan setiap tanggal 15 bulan kedua kalender Tengger dan dimaknai sebagai refleksi kehidupan dimana setiap manusia patut memaknai hidup untuk selalu bersyukur atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada Sang Pencipta.

Dalam filosofis keagamaan Hindu, Karo merupakan peringatan tentang Pawedalan Jagad atau dalam artian terwujudnya alam semesta yakni unsur pemicu Kehidupan Purusa serta Prakerti. Karena Karo sendiri berarti dua unsur (Purusa serta prakerti) / unsur pemicu kehidupan didalam alam semesta. Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Prakerti merupakan dua unsur pokok yang terkandung didalam setiap materi di alam semesta serta bersifat kekal, halus, juga tidak dapat dipisahkan.

Keunikan Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo

Pembukaan hari raya karo suku tengger di Bromo biasanya ditandai dengan doa Petren dimana dilaksanakan oleh seluruh perangkat desa didampingi dukun adat sebagai pembaca japa mantranya. Selain itu juga terdapat tarian tradisional bernama tari Sodoran, sebagai gerakan simbolisasi asal mula (proses) terjadinya manusia.

Tarian ini sendiri dilakukan oleh para warga dari desa-desa suku Tengger. Para penari menggunakan sodor (tongkat) dengan puncak klimaks tariannya akan memuntahkan biji-bijian yang disimbulkan sebagai kesuburan.

Setelah tarian Sodor selesai, prosesi upacara Karo dilanjut dengan pembukaan jimat Klontong yakni pusaka masyarakat Suku Tengger. Pembukaan pusaka ini hanya dilaksanakan dalam satu tahun sekali. Yaitu pada saat upacara Karo digelar. Jimat ini isinya uang satak, pakaian kuno, ada mantra dan sebagainya.

Setelah rangkaian upacara selesai, kemudian terdapat upacara lagi dinamakan Santi. Upacara ini merupakan sebuah ritual bermakna memulyakan leluhur suku Tengger yakni Joko Seger juga Roro Anteng, termasuk pula kerabat-kerabat masyarakat Suku Tengger yang sudah meninggal. Upacara Santi pertama tersebut dilakukan secara massal.

Setelah upacara Santi selesai barulah dilanjutkan dengan Santi dirumah masing-masing umat Hindu Tengger. Sebelum Santi dilakukan, masyarakat tidak boleh menerima tamu. Dalam Santi terdapat sesajen berbentuk boneka dari bunga tunalayu dan jenang Piyak (jenang dengan warna merah putih). Selain itu selamatan air dan gagah (kebun) juga dilaksanakan. Terdapat pula sesajen yang berguna sebagai tolak balak, berupa ayam panggang dimana sesajen tersebut harus ditaruh diatas atap rumah.

Setelah Santi selesai, baru ada silaturahmi. Dalam pelaksanaan tradisi Karo ditiap rumah, para tamu diwajibkan untuk makan dan minum. Jadi kalau misalkan kita keliling ke 50 rumah dalam satu hari. Ya tentu saja harus makan minum sebanyak 50 kali. Itulah hal paling unik dalam perayaan Karo di Tengger. Jadi bagi anda yang ingin berkunjung ke Bromo pada saat perayaan Karo, anda tidak perlu bingung kehabisan makanan serta minuman. Para warga Tengger telah siap untuk mengenyangkan perut anda, hehehehe... :D

Pada akhir perayaan Karo terdapat upacara adat lagi sebagai upacara penutupan Karo yang dinamakan upacara Bawahan, ditandai dengan penampilan tari Ojung. Tari Ojung menurut kepercayaan orang Tengger mempunyai tujuan untuk mendatangkan hujan.

Bagaimana? Apakah anda mulai penasaran? ^_^ Datang saja ke Bromo!

Demikian informasi tentang keunikan Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo, semoga informasi ini bermanfaat. Untuk harga serta pemesanan paket wisata Bromo lainnya silakan menghubungi kontak kami.

Keunikan Hari Raya Karo Suku Tengger di Bromo